Viking, Tabehodai, Nomihodai, dan Party Ala Jepang


Viking? Ada yang tau siapa mereka? mungkin sebagian akan bilang kalau mereka ini adalah para pendukung Persib Bandung, tetapi bagi orang di luar sana istilah viking ini berbeda, mereka adalah para penjelajah lautan yang berasal dari Scandinavia sebuah kawasan di Eropa Utara.  Viking menjelajah ke berbagai belahan dunia, khususnya eropa pada abad ke 8-11. Film-film mengenai kedigdayaan viking di masa lampau rasanya cukup banyak beredar, jadi tidak sulit bagi kita untuk mengenal viking.

Akan tetapi di Jepang istilah viking punya pergeseran makna yang sangat jauh… Hal ini berawal dari seorang koki restaurant bintang lima asal Jepang yang berkesempatan menjelajah ke Swedia yang merupakan salah satu negara Scandinavia.. Disana sang koki ini begitu terkesima dengan sejarah Swedia dan Viking, disana pula si koki ini mulai mengenal tentang makanan dengan konsep buffet… Begitu pulang ke Jepang, tercetuslah dari dirinya istilah makan buffet alias all you can eat yang kemudian dia perkenalkan dengan menggunakan istilah viking atau baiking (バイキング) harap maklum tidak ada “v” dalam aksara Jepang, sehingga menjadi “b” sepertihalnya nama “vegeta” di dragon ball yang dibaca “bejita”.

Istilah viking ini di kemudian hari menjadi sangat populer di kalangan orang Jepang dan dipergunakan oleh banyak restoran, meskipun istilah yang asli Jepang “tabehodai” alias all you can eat dan “nomihodai” alias all you can drink juga umum digunakan. Jepang memang terkenal sering mengadaptasi istilah dari luar negeri untuk kemudian dipergunakan di kehidupan sehari-hari, meskipun istilah aslinya sendiri tetap ada dan tetap digunakan, mungkin kalau ada kesempatan kita bahas lain waktu soal ini…

Apa kaitannya viking dengan party alias pesta? Istilah party alias pesta sendiri di Jepang tidaklah selalu diasosiasikan dengan pesta mewah, tetapi berkumpul dengan rekan ntah seprofesi, rekan satu klub, atau satu lab, kemudian makan dan minum bersama-sama selama beberapa jam di restoran yang kelas menengah pun juga disebut dengan istilah party…

Orang Jepang sendiri memang terkenal dengan budaya partynya, saya sendiri merasakan dalam 1 tahun lab saya bisa mengadakan party beberapa kali, mulai party awal/akhir tahun,  party menyambut anggota baru di lab (bs 2x setahun karena 2x penerimaan mahasiswa dalam 1 tahun), party perpisahan anggota yg lulus (bs 2x setahun jg), dan juga party karena selesai seminar proposal atau kelulusan.. Ada juga lab yang mengadakan party untuk melihat bunga sakura (hanami).. Di lingkungan kampus sendiri party penyambutan untuk mahasiswa baru bisa beberapa kali dilakukan, dan itu diselenggarakan oleh pihak yang berbeda-beda….

Apakah party menyenangkan? Tentu menyenangkan kalau gratis atau bayar murah seperti party penyambutan mahasiswa baru atau hanami yg diselenggarakan pihak tertentu.. namun, sayangnya untuk party lab kita biasanya harus merogoh kocek lumayan dalam.. konsep party biasanya adalah tabehodai dan nomihodai alias all you can eat dan all you can drink selama beberapa jam, biasanya 2-3 jam…  uang yg harus dikeluarkan untuk party lab ini berkisar 3500 yen sampai 5000 yen… memang selama waktu itu kita bisa pesan apa saja yg tersedia di restaurant itu, tetapi bagi muslim sendiri karena banyaknya pantangan, sangat terbatas yang bisa kita makan, padahal bayarnya sama, belum lagi harus berbaur dengan orang-orang yg minum bir/sake, rasanya tidak nyaman… jadi ya terkadang saya cari-cari alasan untuk nggak ikut meskipun sungkan, karena bagi orang Jepang menghadiri party semacam ini sudah budaya dan harus ikut kalau tidak ada halangan..


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *