Menjadi Mahasiswa Yang Kritis dan Logis


Sebelum mungkin ada yang mempertanyakan kapasitas saya menulis ini, saya ingin mengingatkan dulu bahwa saya sudah pernah jadi mahasiswa juga dan bahkan lebih lama dibandingkan seluruh mahasiswa Tel-U karena faktanya memang saya menjadi mahasiswa sampai usia saya 30 th… Apakah saya dulu orang ormawa? Ya, saya dulu selama lebih kurang 3 tahun menjadi bagian dari Himpunan Mahasiswa Fakultas Elektro dan Telekomunikasi, alias Himatel yang sekarang sudah terpecah menjadi beberapa himpunan setiap prodi..

Beberapa minggu terakhir ini beberapa organisasi kemahasiswaan di Indonesia terlihat bergeliat kembali, apalagi isunya kalau bukan masalah SPP alias UKT alias BP3 untuk perkuliahan semester depan ini. Mahasiswa dan tentunya orang tua mahasiswa menginginkan adanya diskon biaya untuk perkuliahan semester depan dikarenakan wabah corona yang bukan hanya merusak kesehatan tetapi juga merusak ekonomi nyaris seluruh bangsa di dunia ini..

Benarkah sikap mahasiwa ini? Ya, mahasiswa wajib punya sikap kritis, keinginan bertanya besar, keinginan mendapatkan konfirmasi yang besar itu memang hal yang seharusnya dimiliki mahasiswa.. Yang penting adalah lakukan dengan cara yang benar, yang tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain. Namun, berpikir kritis pun tentu tidak cukup, pemikiran kritis mahasiswa harus dibarengi dengan kemampuan untuk berpikir logis, dan tentunya dengan sikap yang benar dalam menyampaikan pemikirannya.. Pertanyaannya, seperti apa berpikir kritis sekaligus logis itu?

Kita ambil contoh kasus bahwa mahasiswa berdialog dengan pihak kampus mengenai pengurangan biaya perkuliahan semester depan. Mahasiswa yang kritis haruslah mempersiapkan list pertanyaan yang baik dan juga rekan-rekan memiliki ekspektasi mengenai jawaban yang ingin rekan-rekan dapatkan itu seperti apa.. Harapannya adalah jangan banyak kurangnya antara ekspektasi jawaban yang rekan-rekan inginkan dan rekan-rekan dapatkan… Pemikiran ini haruslah dibarengi dengan berpikir logis, rekan-rekan harus memiliki kemampuan untuk menganalisa apakah jawabannya, apakah jawabannya masuk akal? apakah jawabannya sudah mencukupi detailnya? Bisa jadi apa yang rekan-rekan yakini itu tidak benar, maka rekan-rekan harus menyiapkan hati, dan membuka pikiran lebar-lebar mengenai ini. Tidak ada yang sempurna di dunia ini, semua pasti ada keterbatasannya.

Satu skill lain yang saya harapkan ada pada ormawa adalah kemampuannya menyampaikan informasi dengan baik ke mahasiswa, kalau memang grafik ya buatlah grafik yang baik dan mudah dimengerti.. kurangi cara penyampaian informasi yang bisa mengakibatkan multitafsir..

Terakhir, bersikap kritis itu tidaklah hanya dilakukan di ormawa saja.. lakukan itu di kelas, di lab, ketika mengerjakan tugas akhir/skripsi.. Jangan hanya menjadi mahasiswa yang menonjol di luar kelas karena tugas utama mahasiswa adalah belajar…


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *